Anggota Tim Akselerasi SPPG MBG PBNU, Gus Ulun Nuha, menjelaskan bahwa peresmian 13 dapur ini adalah langkah awal dari target membangun 1.000 dapur gizi di lingkungan pesantren.
“Sejak Februari, kami sowan ke pesantren-pesantren besar sebagai pilot project. Awalnya ide ini sempat ditolak. Tapi sekarang makin banyak yang sadar: makan bergizi sekali sehari tidak mengganggu tradisi pondok, justru memperkuat ketahanan santri,” jelasnya.
Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Muallimin Muallimat Cirebon menjadi pelopor dapur MBG. Program ini dirancang tak hanya untuk pemenuhan gizi, tetapi juga sebagai media edukasi pola hidup sehat bagi santri.
Ketua PWNU Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad, menyampaikan bahwa hingga saat ini sudah ada 10 dapur MBG yang selesai dibangun di wilayahnya. Namun baru satu yang aktif beroperasi.
“Kami terus proses pendataan pesantren yang siap. Dukungan dari Gus Yahya luar biasa. Beliau meminta Jawa Barat gerak cepat dan kami siap menyukseskan MBG ini sebagai bentuk nyata khidmat NU untuk bangsa,” tegasnya.