JAKARTA, PustakaJC.co – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilai perbedaan pandangan bukan alasan untuk memutus dukungan. Menurutnya, seorang pemimpin cukup memenuhi dua syarat utama: pintar dan berani.
“Beda pendapat itu halal. Ada trust bahwa itu dilakukan dengan tulus,” kata Gus Yahya dalam program Menjadi Indonesia Episode ke-26, dikutip dari nu.or.id, Sabtu, (16/8/2025).
Kisah itu ia sampaikan saat menceritakan pamannya, KH Misbah Mustofa, yang dikenal sebagai pengkritik paling keras KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat memimpin NU. Salah satunya, penolakan terhadap gagasan pendirian Bank NU, Nusuma.
Namun, saat banyak pihak meminta Gus Dur tidak mencalonkan lagi setelah dua periode, Kiai Misbah justru memanggil KH Mustofa Bisri (Gus Mus) untuk menyampaikan pesan khusus.
“Kamu kasih tahu Durrahman, dia harus maju lagi. Dia harus teruskan pimpin NU ini,” tutur Gus Yahya menirukan intonasi Kiai Misbah.
Gus Mus sempat heran dengan sikap pamannya. Jawaban Kiai Misbah pun lugas:
“Siapa yang lebih pintar dari Durrahman? Siapa yang lebih berani dari Durrahman? Kalau pintar aja tapi penakut, nggak ada gunanya. Pemberani tapi goblok malah bahaya. Harus pinter dan berani”
Gus Yahya menegaskan, perbedaan yang tajam antara Gus Dur dan Kiai Misbah tidak lahir dari kebencian, melainkan kepedulian demi kebaikan NU. Gus Dur pun, katanya, memahami kritik itu sebagai bentuk dukungan.
“Dalam perbedaan yang tajam seperti itu, ada kepercayaan satu sama lain,” tutup Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu. (ivan)