SLEMAN, PustakaJC.co – Peringatan 100 hari wafatnya KH M. Imam Aziz di Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, Yogyakarta, Jumat, (17/10/2025), berlangsung hangat dan penuh makna. Acara dikemas dalam Launching & Diskusi Buku – Temu Sahabat KH Imam Aziz sekaligus peresmian Masjid Pesantren Bumi Cendekia.
Diskusi buku menghadirkan Hj. Alissa Wahid sebagai pemantik utama. Ia menegaskan bahwa pemikiran Kiai Imam bukan hanya milik masa lalu, tetapi terus hidup dalam kerja sosial-keagamaan hari ini. Dilansir dari nu.or.id, Minggu, (19/10/2025).
“Kiai Imam menunjukkan bahwa menjadi ulama tidak berhenti pada ilmu, tapi juga pada keberpihakan,” ujar Alissa.
Dua buku diluncurkan dalam kesempatan itu, yakni Jejak Kiai Rakjat (KH Imam Aziz dalam Kenangan)dan Sing Apik Dienggo, Sing Elek Dibuwang. Buku-buku ini memuat refleksi teologis dan sosial Kiai Imam, serta kisah para sahabat yang mengenangnya sebagai sosok sederhana namun tegas membela kemanusiaan.
Selain diskusi, acara juga diisi tahlil, mujahadah, dan pengajian yang dipimpin KH Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf). Wapres RI 2019–2024 KH Ma’ruf Amin turut memberikan testimoni tentang keteladanan almarhum.
Puncak acara ditandai salat Jumat perdana sekaligus peresmian Masjid baru oleh KH Mas’ud Masduki, KH Muhammad Yusuf Chudlori, dan Hj. Alissa Wahid.
Sehari sebelumnya, digelar Simaan Al-Qur’an, bazar produk lokal, dan bakti sosial bagi lansia serta balita. Sebanyak 75 lansia menerima paket sembako dan 25 balita mengikuti program gizi.
Markijok Rumekso Setyadi dari Syarikat Indonesia menyebut, semangat Kiai Imam masih terasa.
“Seratus hari sejak beliau meninggal, rasanya Kiai Imam masih hadir di tengah kita — hanya saja kini dalam diam,” ujarnya.
Kolaborasi antara Lakpesdam PWNU DIY, LKIS, Syarikat Indonesia, Gusdurian, dan sejumlah lembaga lain menandai bahwa warisan pemikiran Kiai Imam Aziz melampaui waktu dan generasi. (ivan)