Setiap kuliner Indonesia memiliki kisah berbeda karena ikut diperkuat adanya latar sejarah, asal-usul, hingga proses pembuatan. Melibatkan akulturasi budaya dari berbagai masakan yang dihidangkan sehari-hari. Indonesia Gastronomy Community (IGC) pada 2017 pernah melakukan riset seputar masakan di tanah air. Riset melibatkan pakar-pakar dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, dan para akademisi Universitas Gadjah Mada serta Universitas Indonesia.
Mereka mendapati bahwa terdapat 104 resep kuno Nusantara di 17 relief Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Cabean Kunti dan 17 prasasti. Resep masakan itu menjadi menu yang disajikan sehari-hari oleh masyarakat era Mataram kuno, abad 8-9 lampau. Misalnya, resep masakan kicik daging rusa atau nama kunonya kicik mrega berasal dari cerita pada Prasasti Mantayasih I bertahun 907 Masehi dan Prasasti Parada II (865 Saka atau 943 M).
Resep berbahan daging rusa dipotong dadu kecil dicampur bumbu rempah ini terdapat pula pada relief Candi Borobudur, tempat persembahyangan terbesar di dunia bagi umat Buddha. Candi yang kini menjadi warisan dunia itu dibangun sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan Raja Syailendra.
Masakan Nusantara juga berperan dalam misi-misi diplomasi. Berbagai festival kuliner Indonesia acap digelar di penjuru dunia demi mengenalkan kekayaan masakan Nusantara. Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi dalam beberapa kesempatan berkisah, dirinya turut melakukan diplomasi rendang, masakan terbaik dunia versi CNN Travel 2021 dan 2017.
Secara pribadi, menteri kelahiran 27 November 1962 itu mengirimkan masakan khas Sumatra Barat tadi untuk membangun dan merawat hubungan dengan sejawatnya, sesama menlu dari berbagai negara. Ia meyakini, sebagai identitas nasional suatu bangsa, makanan dapat dijadikan soft-power diplomacy.