SURABAYA, PustakaJC.co - Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas "nongkrong sambil ngopi" semakin menjadi tren di kalangan anak muda, khususnya Gen Z. Ungkapan seperti “Ngopi dulu nggak?” atau “Ngopi yuk!” kini terasa begitu familiar dan bahkan seolah menjadi bagian dari rutinitas harian.
Padahal, kebiasaan minum kopi awalnya lebih lekat dengan generasi yang lebih tua. Namun, seiring waktu, minum kopi berubah menjadi hobi yang digemari berbagai kalangan, termasuk generasi milenial dan Gen Z. Munculnya budaya ngopi sebagai bagian dari gaya hidup tak lepas dari pengaruh globalisasi yang ikut menggeser pola pikir dan perilaku masyarakat.
Jika dahulu masyarakat cukup dengan memenuhi kebutuhan makan tiga kali sehari, kini standar hidup telah berubah. Gaya hidup modern tidak lagi hanya berdasarkan kebutuhan pokok, tetapi juga pada pengalaman dan identitas sosial yang ingin ditunjukkan. Seperti yang dikemukakan oleh David Held (2000), "Gaya hidup manusia kini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lokal, tetapi juga oleh proses global yang menyebarkan budaya dan nilai-nilai tertentu di seluruh dunia."
Gaya hidup sendiri merupakan cerminan dari nilai-nilai yang dipegang dalam suatu kelompok sosial maupun individu. Ia berkembang dari sejarah, budaya, dan norma yang diterima secara kolektif oleh masyarakat. Maka tak heran jika "ngopi" bukan lagi sekadar menikmati minuman, tetapi telah menjadi simbol interaksi sosial dan bahkan status budaya di kalangan anak muda masa kini.
Jadi, apakah ngopi itu kebutuhan?
Bagi sebagian orang, ngopi mungkin hanyalah kegiatan biasa. Namun bagi kelompok tertentu, ngopi telah menjadi bagian dari gaya hidup yang nyaris tak terpisahkan. Pilihan individu terhadap gaya hidup seperti ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya populer, dan perkembangan zaman.
Kesimpulannya, gaya hidup tidak muncul begitu saja. Ia terbentuk dan terus berkembang melalui pengaruh sejarah, budaya, kelas sosial, hingga dinamika politik. Dari sini kita bisa melihat bahwa kebiasaan “ngopi” yang kini dianggap lumrah mencerminkan bagaimana nilai dan norma dalam masyarakat turut membentuk perilaku sehari-hari. (nov)