Lonjakan Peserta Festival Dalang Muda Jatim Tunjukkan Seni Wayang Belum Mati

gaya hidup | 18 November 2025 12:33

Lonjakan Peserta Festival Dalang Muda Jatim Tunjukkan Seni Wayang Belum Mati
Penampilan salah satu Dalang dalam acara Pekan Wayan Jawa Timur (PKJ) 2025 di Gedung Kesenian Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur. (dok suarasurabaya)

SURABAYA, PustakaJC.co - Seni wayang kembali membuktikan napasnya belum padam. Festival Dalang Muda Jawa Timur 2025 mencatat peningkatan jumlah peserta hingga dua kali lipat dibanding tahun lalu.

 

 

Sebanyak 30 dalang muda dari 27 kabupaten/kota tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, pada 17–18 November 2025. Mereka terpilih dari 50 pendaftar yang mengikuti seleksi awal. Dilansir dari suarasurabaya.net, Selasa, (18/11/2025).

 

“Kalau tahun lalu hanya 15, tahun ini bisa tembus 30. Dan yang beda, ini bukan lagi utusan daerah. Mereka mendaftar karena murni minat sendiri,” ujar Sinarto, Ketua Pepadi Jawa Timur.

 

 

 

Panitia sengaja mengubah pola agar tidak memberatkan peserta. Semua pengrawit dan gamelan disiapkan oleh penyelenggara. Dalang cukup membawa diri dan tiga pengrawit pengiring.

 

“Istimewanya, biaya peserta kami ringankan. Cukup datang dengan tim kecil. Ini membuat lebih banyak anak muda berani mendaftar,” jelasnya.

 

Sinarto menegaskan, wayang hari ini tidak lagi dipandang sebagai tontonan tradisi belaka. Ada ruang ekonomi kreatif yang bisa dibangun dari seni pedalangan.

 

“Ekonomi berbasis budaya itu nyata. Dalang harus berani masuk ke situ. Kreatif, cerdas, dan peka sosial,” tegasnya.

 

 

 

Pepadi Jatim memastikan semua peserta mendapat apresiasi. Tidak ada konsep kalah dan menang. Sebanyak 30 peserta dipetakan menjadi tiga kategori penyaji terbaik.

 

Penilaian mencakup kemampuan teknis, penguasaan iringan, sastra, komunikasi, hingga nilai filosofis yang disampaikan melalui pertunjukan.

 

Di sisi lain, teknologi juga mulai masuk dalam dunia wayang. Lighting, tata panggung, hingga media sosial kini menjadi ruang baru yang dapat dimanfaatkan dalang muda.

 

“Regenerasi harus adaptif. Belajar bisa dari mana saja — YouTube, TikTok, Instagram. Yang penting mau berkembang,” pungkas Sinarto. (ivan)