"Pelabuhan Mayangan di Probolinggo misalnya, ini merupakan pelabuhan transit para nelayan dari wilayah timur Indonesia. Sekarang menjadi pelabuhan terbesar. Nah, seperti ini seharusnya perekonomian nelayan dan masyarakat sekitar naik, tapi kenyataannya belum sepenuhnya," terangnya.
Hal ini, lanjutnya, dikarenakan nilai tambah nelayan, tidak hanya di Probolinggo, namun juga di wilayah pesisir Jatim, rendah. Nilai tambah yang besar justru ada pada tengkulak. Ikan dari nelayan harganya murah, nilainya rendah, namun saat sampai di tengkulak, nilainya naik dan ikannya mahal.
"Tantangan inilah yang harus dihadapi saat ini. Tidak hanya oleh para nelayan namun instansi pemerintahan baik pemprov dan Kab/Kota serta stakeholder terkait, " tegas Isa.
Senada dengan Isa, narasumber dari Bappeda Provinsi Jatim, Heri Istanto mengatakan kondisi riil pembangunan sektor agro, termasuk perikanan. Ia menyampaikan bahwa Jawa Timur saat ini menjadi produsen teratas secara nasional untuk beberapa komoditas laut seperti perikanan tangkap sebesar 590.685 ton, rumput laut lebih dari 733 ribu ton, dan garam rakyat mencapai lebih dari 805 ribu ton pada tahun 2023.