Pamekasan Dorong Desa Mandiri Energi Lewat Biogas dari Kotoran Sapi

pemerintahan | 05 Mei 2025 15:04

Pamekasan Dorong Desa Mandiri Energi Lewat Biogas dari Kotoran Sapi
Pemasangan instalasi biogas dari limbah kotoran sapi di Kabupaten Pamekasan. (dok surabayapagi.com)

PAMEKASAN, PustakaJC.co - Kabupaten Pamekasan kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun pertanian ramah lingkungan. Lewat program biogas dari limbah kotoran sapi, kini masyarakat desa mulai menikmati manfaat energi alternatif yang bersih dan ekonomis.

 

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mencatat kemajuan penting dalam pemanfaatan limbah peternakan. Sebanyak 10 unit sistem biogas telah berhasil dipasang di sejumlah desa sebagai upaya mengubah limbah kotoran sapi menjadi sumber energi alternatif. Dilansir dari surabayapagi.com, Senin, (5/5/2025).

 

“Pemanfaatan ini merupakan bagian dari sistem pertanian terpadu yang tidak hanya mengelola hasil ternak, tapi juga limbahnya untuk dimanfaatkan secara ekonomis,” jelas Plt Kepala DKPP Pamekasan, Indah Kurnia Suslistiorini, Senin, (5/5/2025).

Sepuluh titik yang telah dipasangi sistem biogas tersebar di Desa Tampojung Guwa, Pangereman, Tampojung Pregi, Rek Kerrek, Seddur, Kadura Barat, Klompang Barat, Klompang Timur, Potoan Laok, dan Klampar. Masing-masing perangkat memiliki kapasitas berbeda, mulai dari sistem 6 hingga sistem 40, menyesuaikan dengan jumlah sapi yang ada di wilayah tersebut.

 

Indah menegaskan, program ini tak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga mendukung ketahanan energi lokal, dan tentunya meningkatkan pendapatan peternak dari sektor non-produktif.

 

“Kalau masyarakat bisa mengelola limbah ternak menjadi energi, kita bisa menjaga lingkungan sekaligus memperkuat kemandirian energi dan kesejahteraan peternak,” ujarnya.

Program ini terlaksana berkat kerja sama Pemkab Pamekasan dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan PT Biru Karbon Nusantara (BKN) sebagai mitra teknologi.

 

Inisiatif energi dari desa ini menjadi langkah nyata bagaimana pertanian dan peternakan bisa berjalan seiring dengan inovasi. Bukan hanya menghasilkan, tapi juga mengolah menuju desa yang mandiri, berdaya, dan ramah lingkungan. (ivan)