Sawah Diserang Wereng TNI Turun Tangan Gunakan Drone

pemerintahan | 24 Juli 2025 19:50

Sawah Diserang Wereng TNI Turun Tangan Gunakan Drone
Dandim 0806 Trenggalek Letkol Inf Isnanto Roy Saputro, S.H., M.Si., bersama Kepala Dinas Pertanian Trenggalek Imam Nurhadi, S.P., M.Agr., turun langsung ke sawah untuk penyemprotan hama wereng tepatnya di Desa Pikis, Kecamatan Durenan. (dok jatimpos)

TRENGGALEK, PustakaJC.co – Serangan hama wereng kembali mengancam lahan pertanian warga Trenggalek. Namun kali ini, para petani tak sendiri. Tentara Nasional Indonesia (TNI) hadir langsung di tengah sawah, membawa solusi teknologi berupa drone penyemprot pestisida.

Pada Kamis, (24/7/2025), Komandan Kodim 0806/Trenggalek Letkol Inf Isnanto Roy Saputro, S.H., M.Si. memimpin langsung aksi penyemprotan hama di Desa Pakis, Kecamatan Durenan. Ia tak segan turun ke sawah dan mengoperasikan sendiri drone penyemprot dari pinggir ladang. Dilansir dari jatimpos.co, Kamis, (24/7/2025).

“Teknologi ini sangat membantu. Selain efisien dalam penggunaan pestisida, juga menghemat tenaga kerja. Ini adalah solusi pertanian modern yang harus dikenalkan kepada generasi muda agar lebih tertarik bertani,” ujar Letkol Roy.

Drone yang digunakan mampu menyemprot satu hektare sawah hanya dalam hitungan menit. Metode ini disebut jauh lebih cepat, hemat tenaga, dan presisi dibanding cara konvensional.

Turut hadir dalam kegiatan itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Imam Nurhadi, S.P., M.Agr. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi persoalan mendesak di lapangan.

“Kami dorong penggunaan drone agar petani lebih mandiri dan efisien. Kehadiran TNI sangat berarti, apalagi saat menghadapi serangan hama yang mendesak seperti sekarang,” tegas Imam.

Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Basuki juga mengaku terkesan. Mereka menyambut positif kehadiran TNI dan penggunaan alat modern. Banyak dari mereka baru pertama kali melihat drone menyemprot pestisida secara langsung.

Selain sebagai bentuk respons cepat terhadap hama, kegiatan ini juga menjadi ajang edukasi teknologi pertanian di tengah tantangan perubahan iklim dan regenerasi petani. Letkol Roy menyebut bertani kini bisa dilakukan tanpa harus “kotor-kotoran”.

“Sekarang bertani tidak harus kotor-kotoran. Cukup berteduh, pegang remote, hasilnya bisa maksimal,” pungkasnya.

Dengan semangat gotong royong dan sentuhan teknologi, upaya menjaga ketahanan pangan kini tidak lagi hanya jadi wacana pusat, melainkan sudah jadi gerakan nyata di desa-desa. (ivan)