R. Muslich, putra Moestopo menyebut kata “beragama” ternyata memiliki makna tersendiri. Nama ini ditambalkan sebagai ciri kepribadian Moestopo yang selalu berupaya menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Bapak akan marah sekali jika ada mahasiswa-nya yang tidak melaksanakan perintah agamanya,” ujar Muslich.
Bahkan dalam buku kecil berjudul Memperingati 100 Hari Wafatnya Bapak Prof. Dr. Moestopo, dirinya secara tegas mengharamkan mahasiswa didikannya untuk mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dan terlibat dalam tindakan kriminal.
Bahkan secara khusus, Moestopo juga melarang mahasiswanya melakukan praktek-praktek dan perilaku seks yang dianggapnya menyimpang. Tindakan ini disebutnya bisa menyebabkan daya pemikiran dan penangkapan kuliah menjadi lemah.