Guru Dina

Dua Tahun Cetak Siswa Raih Nilai UTBK Sempurna

tokoh | 21 Juli 2022 05:33

Dua Tahun Cetak Siswa Raih Nilai UTBK Sempurna
Dok detik

 Senyum Dina Fitriana mengembang melihat siswanya dari balik layar Zoom. Sudah beberapa pekan Niskala Wastu Candrika, siswanya, kembali ke rumah. Setahun belakangan, Dina, Niskala, dan para siswa lainnya sibuk bergelut dengan persiapan UTBK di sekolah berasrama mereka di Boyolali, Jawa Tengah.

 

Oleh: Intan Permata

 

Di SMA Pradita Dirgantara, lulusan cum laude S2 Kimia Analitik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengajar mata pelajaran Kimia. Tak heran, dia berbahagia ketika tahu Niskala meraih nilai UTBK sempurna, 1000, di Tes Kompetensi Akademik (TKA) Kimia SBMPTN 2022.

 

Tahun lalu, satu siswa Dina juga meraih nilai sempurna di dua subtes UTBK SBMPTN 2021. Safira Azzahra Rizwandi, siswa angkatan pertama SMA Pradita Dirgantara tersebut, meraih skor 1000 untuk TKA Kimia dan Fisika.

 

"Luar biasa rasanya, tahun ini ada yang sempurna lagi (skornya), mengulang kesuksesan Safira di 2021. Saya sangat bersyukur, dan mengapresiasi persiapannya," tutur Dina pada detikEdu.

 

Memahami konsep, baginya, jadi kunci para siswa untuk menghadapi ragam soal UTBK dari tahun ke tahun. Untuk itu, Dina bersyukur para siswa mau diajak berlari untuk paham konsep dalam dua tahun. Di SMA PD, satu tahun sisanya dikosongkan untuk persiapan administratif dan akademik masuk jenjang pendidikan tinggi, baik jalur seleksi bersama kampus dalam negeri, luar negeri, maupun sekolah kedinasan.

 

Untuk itu, ia perlu berpandai-pandai meramu pengajaran yang tepat bagi siswanya lewat sistem integrated contextual teaching-learning yang diterapkan di sekolah. Bedah kasus dan eksperimen di laboratorium sekolah jadi andalan Dina untuk mengenalkan berbagai konsep sambil menjaga konsentrasi siswa pada pelajaran.

 

Percobaan sederhana dengan larutan asam dan basa pun, baginya, dapat diramu dengan konteks sehari-hari untuk menarik siswa senang belajar dan mau lebih tahu lebih jauh. Jika PJJ diberlakukan, maka lab virtual pun bagi Dina tak jadi soal.

 

"Misalnya, merespons isu SDGs , air pollution, renewable energy, penanganan limbah, global warming. Anak-anak bikin produk, prototype. Lengkap dengan Power Point, meninjau dari segi Kimia, Biologi," kata peraih beasiswa riset bidang lingkungan di Hokkaido University, Jepang dari Japan Student Service Organization (JASSO) ini.

 

"Ini didesain untuk mengasah critical thinking dan curiousity siswa sehingga mau berpikir dan membuat solusi kehidupan sehari-hari, alternatif-alternatif sendiri, agar punya inisiatif tinggi, misal atas masalah sampah, pencemaran udara, untuk menurunkan risikonya," sambungnya.

 

Pembelajaran berbasis proyek (project based-learning) inilah yang bagi Dina dapat membantu siswa mau mencari tahu sendiri materi pelajaran sekembalinya ke asrama. Sambil beristirahat, Niskala menuturkan, ia dan teman-temannya dapat membaca jurnal terkait percobaan sebelumnya dan memperkaya pemahaman mereka.

 

Cara ini, kata Dina, juga membantu jalannya pemberian materi yang padat dalam 2 tahun. Setelah paham materi, siswa dapat pindah ke latihan soal.

 

"Ada masa transisi, dari mengejar materi, baik dari kurnas (kurikulum nasional) dan UTBK, rewind materi lagi. Kalau udah selesai, ulang lagi dari kelas 10. Banyak yang miskonsepsi, maka dibenarkan di situ. Bahas per topik, per bab, lalu latihan soal all topics," kata Dina.

 

Untuk siswa di Indonesia, Dina menuturkan, motivasi naik dan turun dalam belajar tetaplah wajar, sekalipun dalam persiapan sebesar UTBK SBMPTN. Namun yang terpenting, jaga konsistensi belajar dari awal hingga akhir.

 

"Cari turning point-nya gimana, perbaiki semangatnya dengan cara masing-masing: berdoa dan minta restu ortu, pilih jurusan sesuai passion juga, jadi semangat belajarnya. Banyak yang jujur (dalam ujian), ikuti ini, harus fokus saja sama diri sendiri, ya," pesannya.