Muhammad Munawwir bin K.H. Abdullah Rosyad bin K.H. Hasan Beshari

Putra Ajudan Pangeran Diponegoro Pendiri Pondok Krapyak Yogyakarta

tokoh | 14 Mei 2025 06:38

Putra Ajudan Pangeran Diponegoro Pendiri Pondok Krapyak Yogyakarta
Dok pesantren.id

Di usia anak-anak, Mbah Munawwir sudah dititipkan di sebuah pesantren daerah Bangkalan, asuhan K.H. Maksum. Di pesantren ini, bakat dan keahlian beliau sudah mulai kelihatan. Kefasihannya dalam membaca Alquran telah mendorong K.H. Maksum untuk menjadikannya imam tiap salat jamaah, padahal masih berusia 10 tahun.

Selain belajar Alquran kepada K.H. Maksum, Munawwir kecil juga banyak menimba ilmu keislaman lainnya kepada para kyai besar dan terkemuka saat itu, seperti Syeikh Khalil bin Abdul Latif (Bangkalan, Madura), K.H. Sholeh Darat (Semarang), K.H. Abdur Rahman (Watucongol, Magelang), dan K.H. Abdullah (Kanggotan, Bantul).

Pergi ke Makkah

Setelah belajar kepada para ulama Nusantara, tahun 1888 M. Mbah Munawwir melanjutkan studinya ke Makkah Al-Mukkaramah. Di sana ia menetap selama 16 tahun dengan mengkhususkan diri belajar Alquran dan ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti ulumul Qur’an, tafsir, qira’ah sab’ah dan lain sebagainya. Di kota suci ini, ia berhasil menamatkan 30 juz hafalan Alqurannya dengan sanad yang muttasil (bersambung) melalui gurunya, Syeikh Abdul Karim Umar Al-Badri.

Tidak hanya itu, ia juga sukses menghafalkannya dengan qiraat sab’ah (qiraat tujuh) yang ia peroleh dari gurunya, Syeikh Yusuf Hajar. Kesuksesannya itu, menjadikannya sebagai orang pertama dari Jawa yang berhasil menguasai qiraat sab’ah. (LPMQ, Para Penjaga Al-Qur’an, hal. 22-23)