Muhammad Munawwir bin K.H. Abdullah Rosyad bin K.H. Hasan Beshari

Putra Ajudan Pangeran Diponegoro Pendiri Pondok Krapyak Yogyakarta

tokoh | 14 Mei 2025 06:38

Putra Ajudan Pangeran Diponegoro Pendiri Pondok Krapyak Yogyakarta
Dok pesantren.id

Beliau tetap mewiridkan Alquran tiap bakda asar dan bakda subuh. Kendatipun sudah hafal, K.H. Munawwir seringkali tetap menggunakan mushaf. Wirid ini tetap ia jaga meski dalam keadaan safar, baik ketika berjalan kaki maupun saat berkendara (Balqis Iskandar, Menjadi Kekasih Al-Qur’an, hal. 38).

Pulang dari Makkah dan Berdakwah dari Kauman ke Krapyak

Setelah menuntut ilmu selama 21 tahun (1909 M.) di Makkah dan Madinah, Mbah Munawwir pulang kembali ke tanah air. Ia menjejakkan kaki kembali ke tanah kelahirannya, Kauman, untuk mengajarkan apa yang selama ini telah ia dapatkan. Di Kauman, ia menyelenggarakan majelis pengajian kecil-kecilan di surau/musala di daerah tersebut. Pengajian yang diasuhnya itu mendapat antusias dan semangat yang tinggi dari masyarakat sekitar, sehingga membuat pengajiannya berkembang pesat.

Ketenaran Mbah Munawwir sampai didengar oleh K.H. Said Cirebon. Sebelumnya, K.H. Said telah mendapat kabar akan kealiman dan kecerdasan K.H. Munawwir selama belajar di Makkah. Keduanya sering berkirim salam, surat, dan hadiah. Menariknya, mereka berdua belum pernah bertatap muka.

Setelah pulang dari Makkah, Mbah Munawwir menyempatkan dirinya untuk matur ke kediaman K.H. Said sebelum ke kampung halamannya. Hal yang sama, juga dilakukan K.H. Said ke tempatnya K.H. Munawwir. Dalam kunjungannya tersebut, K.H. Said memberi saran kepadanya untuk berpindah tempat dakwah dari Kauman ke Krapyak, karena faktor tempat yang kurang strategis dan kecil (Al-Albaa’ Anjuma, Testimoni para Penghafal Alquran, hal. 191).