JAKARTA, PustakaJC.co - Ulama kharismatik KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menekankan pentingnya kehati-hatian dan ketelitian dalam proses penyempurnaan tafsir Al-Qur’an terbitan resmi Kementerian Agama. Tafsir ini, menurutnya, harus otentik, komprehensif, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
Pengasuh LP3IA (Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur’an) itu menyampaikan pesannya dalam audiensi bersama Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) di Jakarta. Dilansir dari nu.or.id, Kamis, (17/7/2025).
“Pesan saya kepada tim penyempurnaan tafsir Kemenag RI, karena ini mewakili negara, tentu harus hati-hati,” tegas Gus Baha seperti dikutip dari kanal YouTube @officiallp3ia, Selasa, (15/07/2025).
Ia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki banyak rujukan tafsir, seperti karya Buya Hamka, Prof. Quraish Shihab, dan KH Bisri Mustofa. Namun, karena tafsir Kemenag dianggap netral, masyarakat cenderung menjadikannya sebagai sumber utama.
“Fakta bahwa penafsiran yang beredar di Indonesia itu ada banyak perbedaan, tentu orang akan merujuk ke Kemenag RI,” ujar ulama asal Rembang tersebut.
Gus Baha juga menyoroti pentingnya menjaga validitas data, keotentikan, dan sudut pandang yang menyeluruh (komprehensif) dalam penafsiran. Ia menekankan bahwa ayat-ayat yang mengandung unsur hukum (fiqih) harus ditangani secara cermat agar tidak menyesatkan masyarakat.
“Ayat-ayat tentang fiqih juga harus menjadi perhatian khusus. Penafsiran harus dijelaskan secara teliti agar tidak menimbulkan salah paham,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyambut baik masukan tersebut dan berharap Lajnah Pentashihan mampu menyusun tafsir yang menjadi sumber informasi sekaligus sumber konfirmasi umat Islam Indonesia.
Ia juga mengingatkan agar penyusunan tafsir tidak bergantung pada Artificial Intelligence (AI) semata.
“Penting kejujuran akademik dan ketulusan hati dalam menulis tafsir. Jangan tergantung pada kecerdasan buatan,” pesan Gus Baha.
Penyempurnaan tafsir Al-Qur’an versi Kemenag merupakan proyek strategis nasional yang tidak hanya memerlukan keilmuan, tetapi juga kebijaksanaan. Pesan Gus Baha menegaskan bahwa tafsir negara harus menjunjung nilai-nilai moderat, adil, dan merangkul semua golongan—demi menjaga harmoni umat dan keutuhan bangsa. (ivan)