Guru PAI Bandung Populerkan Dakwah Lewat Wayang Golek yang Edukatif dan Membumi

bumi pesantren | 05 Agustus 2025 06:01

Guru PAI Bandung Populerkan Dakwah Lewat Wayang Golek yang Edukatif dan Membumi
Guru PAI SMK Negeri 10 Bandung Ramdan Juniarsyah. (dok kemenag)

BANDUNG, PustakaJC.co – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan gaya belajar generasi muda, seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dari SMKN 10 Bandung, Ramdan Juniarsyah, tampil beda. Ia memadukan dakwah dengan kesenian lokal melalui Wayang Golek, yang dikemas menjadi pertunjukan edukatif dan menyenangkan bagi siswa.

Inovasi ini diperkenalkan Ramdan saat tampil dalam acara Hari Anak Nasional (HAN) Provinsi Jawa Barat 2025, yang digelar di Sport Jabar Arcamanik, Kota Bandung, Minggu, (27/7/2025). Di hadapan ribuan pelajar dari berbagai jenjang, Ramdan membawakan Dakwah Wayang, pertunjukan yang menggabungkan seni pedalangan, ceramah agama, hingga musik hadrah. Dilansir dari kemenag.go.id, Selasa, (5/8/2025).

“Anak-anak sekarang butuh pendekatan yang menyenangkan. Saya ingin Islam dikenalkan dengan cara yang kreatif, salah satunya dengan memadukan pendekatan agama dan budaya,” ujar Ramdan di Bandung, Senin, (4/8/2025).

Tokoh Cepot, salah satu karakter populer dalam dunia wayang golek Sunda, dijadikan ikon dalam setiap pertunjukan Dakwah Wayang. Ramdan menampilkan percakapan interaktif dengan Cepot, yang menyisipkan nilai-nilai moral dan ajaran Islam. Pesan-pesan itu dikemas ringan, diselingi humor, dan didukung musik hadrah yang dibawakan oleh siswa-siswinya sendiri.

Kreativitas ini bermula dari pengalaman Ramdan saat menjadi panitia Kemah Rohis Nasional 2016 yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama. Saat itu, Ramdan diminta mengisi ceramah penutupan dan secara spontan memadukan ceramah, musik, dan wayang golek yang dibawa salah satu muridnya.

“Saya berpikir bagaimana caranya agar ceramah tidak membosankan. Akhirnya saya padukan dengan musik dan wayang golek. Ternyata respon peserta luar biasa. Dari situ saya mulai menyusun konsep Dakwah Wayang,” ungkap Ramdan.

Setelah acara itu, Ramdan tak berhenti. Ia membentuk Grup Dakwah Wayang, melibatkan siswa jurusan seni dari sekolahnya. Mereka memiliki kemampuan di bidang karawitan, musik, hingga seni peran wayang, yang kemudian diarahkan untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman.

“Peserta didik kami punya potensi luar biasa. Saya tinggal mengarahkan agar kemampuan itu bisa jadi sarana dakwah yang menyenangkan,” ujar pria yang juga dikenal dengan nama Kang Radju ini.

Bagi Ramdan, budaya lokal bukan halangan dalam berdakwah, justru bisa menjadi jembatan yang ampuh untuk mengenalkan nilai-nilai Islam. Ia terinspirasi dari metode dakwah Wali Songo yang menggunakan media budaya seperti gamelan, wayang, dan tembang untuk menyampaikan ajaran Islam di Nusantara.

“Kita tidak bisa berdakwah dengan cara yang kaku. Setiap daerah punya nilai budaya yang bisa dikembangkan untuk mendukung dakwah. Selama nilai budayanya positif dan sejalan dengan Islam, itu bisa jadi sarana efektif,” jelasnya.

Namun, ia tetap selektif. Ramdan menyadari tidak semua unsur budaya cocok untuk dakwah.

 “Kalau ada budaya yang bertentangan dengan nilai Islam, maka tugas dakwah adalah meluruskan, bukan langsung menghakimi. Dakwah itu mengajak, bukan menghakimi,” imbuhnya.

Seni Sebagai Bagian dari Pembelajaran PAI

Dalam proses belajar-mengajar, Ramdan menjadikan Dakwah Wayang sebagai metode pembelajaran yang relevan dan kontekstual. Ia mengintegrasikan nilai-nilai seni budaya dalam tema pembelajaran seperti tablig, akhlak, dan sejarah dakwah Wali Songo.

“Saya ingin anak-anak tahu bahwa dakwah itu tidak terbatas di mimbar. Bisa lewat lagu, video, konten digital, dan tentu lewat seni. Yang penting mereka paham nilai ajaran Islam dan bisa menyampaikannya dengan cara mereka sendiri,” ujarnya.

Kreasi Ramdan kini tak hanya tampil di sekolah. Ia bersama tim Dakwah Wayang kerap diundang mengisi acara keagamaan dan pendidikan di berbagai daerah di Jawa Barat. Ia juga aktif mengajar di Pondok Pesantren Al-Ihsan, Cibiru Hilir, dan terus mendorong guru PAI lainnya agar lebih terbuka pada pendekatan kreatif dalam pembelajaran.

Di akhir penampilannya dalam HAN Jabar 2025, Ramdan tak lupa menyampaikan apresiasi kepada pihak yang telah mendukung perjuangannya.

“Saya berterima kasih kepada Kementerian Agama, khususnya Direktorat Pendidikan Agama Islam, atas dukungan dan kesempatan tampil dalam puncak HAN. Ini menjadi motivasi besar bagi saya dan rekan-rekan GPAI untuk terus berinovasi,” tutupnya. (ivan)