Meski dikenal luas sejak tahun 1970-an, jejak kerak telor diyakini sudah ada sejak era kolonial. Kala itu, makanan ini sempat disajikan sebagai hidangan pembuka eksotis bagi kalangan elite Belanda karena penggunaan bahan lokal seperti kelapa dan beras ketan.
Kini, kerak telor telah menjadi bagian dari identitas kuliner Jakarta. Penjualnya masih mempertahankan cara tradisional dan pakaian khas Betawi, lengkap dengan pikulan dan aroma sangrai yang menggoda. Sajian ini bahkan sempat dihidangkan dalam KTT ke-43 ASEAN, sebagai bentuk promosi budaya kuliner Jakarta di mata dunia.
Kerak telor bukan hanya soal rasa, tapi juga simbol dari keberlanjutan tradisi, ketekunan, dan jati diri masyarakat Betawi. Di tengah perubahan zaman, cita rasa khas ini terus menunjukkan bahwa warisan lokal tetap punya tempat di hati banyak orang. (ivan)