Nama Nyonya Meneer begitu identik dengan aneka jamu asal Semarang. Namun ternyata, Nyonya Meneer tidak lahir di Port of Java. Ia lahir di Sidoarjo.
Oleh: Ayu
Artikel dalam situs resmi Disperpusip Jatim menerangkan, Nyonya Meneer lahir pada 1895 dengan nama Lauw Ping Nio. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Setelah beranjak dewasa, Nyonya Meneer menikah dengan pria asal Surabaya, Ong Bian Wan. Mereka kemudian pindah ke Semarang.
Suami Nyonya Meneer sakit keras pada 1900-an. Segenap upaya dilakukan, namun sang suami tak kunjung sembuh.
Nyonya Meneer tidak menyerah. Ia lalu mencoba membuat jamu Jawa sesuai apa yang diajarkan orang tuanya.
Kerja keras Nyonya Meneer membuahkan hasil. Sang suami tercinta sembuh setelah beberapa kali meminum jamu tersebut.
Akhirnya, Nyonya Meneer semakin rajin membuat jamu. Jamu tersebut ia gunakan untuk menolong keluarga, tetangga, kerabat hingga masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Itu merupakan awal berdirinya Jamu Cap Potret Nyonya Meneer. Merek jamu asal Semarang yang kemudian melegenda.
Produk yang terkenal di kalangan masyarakat seperti Galian Putri, Jamu Sariawan, Amurat, Sakit Kencing, Sehat Wanita, Pria Sehat, Galian Rapet, Bibit, Mekar Sari, Galian, Jamu Habis Bersalin, Awet Ayu, Gadis Remaja, Susu Perut, Jamu Langsing, Wasir dan Minyak Telon.
Jamu Nyonya Meneer meraih penghargaan dari Tien Soeharto pada 1984. Penghargaan tersebut berupa Museum Jamu Nyonya Meneer yang berlokasi di Jalan Raya Kaligawe, Semarang.
Museum jamu Nyonya Meneer menjadi museum jamu pertama di Indonesia. Museum itu didirikan dengan tujuan menjadi cagar budaya untuk pelestarian warisan leluhur, dan menjadi sarana pendidikan dan rekreasi generasi muda.
Museum dibagi menjadi dua bagian. Di mana, bagian pertama adalah pameran barang koleksi pribadi Nyonya Meneer. Bagian kedua memamerkan produksi jamu secara tradisional.
Namun beberapa bulan lalu, CNBC Indonesia mengabarkan PT Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh pengadilan pada 2017. Pengadilan Niaga menyatakan, pailit tersebut lantaran dinilai tidak menunaikan kewajibannya.
Jamu Cap Potret Nyonya Meneer berdiri pada 1919 di Jalan Raden Patah 191-199, Semarang. Untuk memasarkan jamu tersebut, Nyonya Meneer membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang.
Meneer sengaja memasang foto dirinya sendiri di setiap kemasan jamu, yang dipesan oleh konsumen. Foto itu seolah tidak pernah berubah sejak perusahaan tersebut berdiri. Foto tersebut menampilkan seorang perempuan yang tersenyum tipis, dengan rambut yang disanggul.
Setelah lebih dari dua dekade berdiri, tepatnya pada 1940, Jamu Nyonya Meneer masuk ke pasar Jakarta. Putrinya yang bernama Nonnie membuka toko di daerah Pasar Baru. Itu merupakan salah atu pusat perekonomian di Jakarta waktu itu.
Nyonya Meneer masih menjadi Direktur Utama pada 1967, meski secara formal perusahaan dipercayakan kepada anaknya, Hans Ramana. Sementara anaknya yang lain yakni Lucy Saerang, Marie Kalalo dan Hans Pangemanan menjadi anggota dewan komisi perusahaan.
Namun Hans Ramana meninggal dunia pada 1976. Dua tahun berselang, Nyonya Meneer juga meninggal.
Operasional perusahaan kemudian diteruskan generasi ketiga yakni kelima cucu Nyonya Meneer. Namun lima bersaudara itu kurang serasi. Selanjutnya, perusahaan murni dikendalikan salah satu cucu Nyonya Meneer yaitu Charles Saerang.
Tahun 2000, PT Jamu Nyonya Meneer membuat terobosan dengan mengeluarkan produk fitofarmaka bermerek Rheumaneer untuk mengobati penyakit rematik. Fitofarmaka adalah obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan dan lulus uji klinis
Di Indonesia hanya ada lima perusahaan yang mengeluarkan fitofarmaka. Di mana Nyonya Meneer satu-satunya perusahaan jamu, sementara sisanya adalah perusahaan farmasi.
Produk PT Nyonya Meneer sebagian besar merupakan produk untuk kepentingan wanita (80 persen). Terdapat 254 merek meliputi 120 macam produk berbentuk pil, kapsul, serbuk, dan cairan.
Produk terbagi dalam tiga jenis, yaitu untuk perawatan tubuh, kecantikan, dan penyembuhan. Produk ini meliputi minuman kesehatan temulawak, awet ayu, jamu habis bersalin, buste cream, amurat, dan rheumeneer yang sudah uji klinis.
Tahun 2006, Jamu Nyonya Meneer memperluas pemasaran sampai ke Taiwan. Sebelumnya, Nyonya Meneer memasuki Malaysia, Brunei, Australia, Belanda dan Amerika Serikat.
Nama selalu menarik untuk dibahas. Sebab di balik sebuah nama, biasanya tersimpan kisah dan makna.
Begitu juga dengan nama Nyonya Meneer. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ia lahir dengan nama Lauw Ping Nio. Lalu mengapa jadi Nyonya Meneer?
Alkisah, sang ibu suka mengunyah beras menir. Menir merupakan patahan kecil dari butiran beras hasil penumbukan.
Sehingga kata menir melekat pada Lauw Ping Nio. Namun dalam penulisannya menjadi meneer karena ada pengaruh bahasa Belanda.
Sejak kecil Meneer bertugas merawat tanaman yang dinilai berkhasiat. Dia juga banyak mendapat pendidikan soal rumah tangga dari ibunya.
Saat berusia 17 tahun, Meneer menikah dengan Ong Bian Wan. Pemuda tersebut berprofesi sebagai pedagang. Sejak menikah, Meneer pun memiliki julukan sebagai Nyonya Meneer.