Alkisah, sang ibu suka mengunyah beras menir. Menir merupakan patahan kecil dari butiran beras hasil penumbukan.
Sehingga kata menir melekat pada Lauw Ping Nio. Namun dalam penulisannya menjadi meneer karena ada pengaruh bahasa Belanda.
Sejak kecil Meneer bertugas merawat tanaman yang dinilai berkhasiat. Dia juga banyak mendapat pendidikan soal rumah tangga dari ibunya.
Saat berusia 17 tahun, Meneer menikah dengan Ong Bian Wan. Pemuda tersebut berprofesi sebagai pedagang. Sejak menikah, Meneer pun memiliki julukan sebagai Nyonya Meneer.